Kredit kepada: Syok.org
Gambar ihsan: Syok.org
Assalamualaikum.....
Hashishin atau hashasin, namanya menjadi legenda di Timur Tengah pada tahun 1092-1265. Sejarah soal kelompok ini bercampur dengan dongeng dan mitos. Namun yang pasti. kelompok ini merupakan pembunuh yang sangat terlatih. Memiliki kemampuan tinggi untuk mengganas dan menyelesaikan lawan-lawan mereka.
Seorang tokoh mazhab Islamiyah, Hassan-i-Sabbah bertanggungjawab memulakan gerakan ini. Hassan sangat popular di kalangan mazhab Islamiyah dan memiliki ramai pengikut. Dia mendirikan Hashasin untuk melawan lawan politiknya, terutama dinasti Saljuk yang beraliran Sunni.
Namun kerana saat itu Perang Salib melanda Timur Tengah, para pengikut Hassan i-Sabbah ikut serta memerangi kesatria salib dari Eropah.
Kata Hashisin, merupakan sindiran yang diberikan lawan-lawannya. Hashis, bererti pengisap ganja. Mitos menyebutkan mereka adalah pemabuk dan penghisap ganja. Namun sebenarnya, nama yang benar adalah Hashasin, yang berasal dari kata Asasiyun, iaitu orang yang berpegang teguh pada iman.
Ada tiga urutan dalam organisasi Hashasin, yang paling atas disebut Muhibbin. Golongan ini adalah yang paling setia pada Hassan. Merekalah pembunuh yang paling terlatih. Mampu bergerak cepat, menguasai berbagai bahasa dan mampu menggunakan berbagai senjata. Tapi senjata yang paling ditakuti adalah menggunakan belati pendek melengkung. Ratusan korban mereka tewas dengan belati terpacak di dada.
Hashasin membangunkan jaringan mereka di seluruh Timur Tengah. Bergerak di dalam sel-sel bawah tanah, misi mereka penuh dengan rahsia. Mereka boleh menyamar menjadi sesiapa sahaja demi melaksanakan misi mereka. Korban pertama mereka adalah seorang pekerja di pejabat Dinasti Saljuk, Nizam al-Mulk yang dibunuh tahun 1092 di Baghdad. Selanjutya korban-korban mereka terus tumbang. Tapi Hashasin tidak melawan rakyat jelata, mereka hanya mengganas ke atas lawan-lawan politik mereka.
Karakter Hashasin turut dimasukkan dalam filem Prince of Persia lakonan Jake Gyllenhaal, Karl Urban dan Ben Kingsley. Penuh dengan unsur sihir, ganas dan seram. Mungkin memang seperti itu Hashasin bekerja pada zamannya.
Markas mereka bernama kubu Alamut. Sebuah istana megah di Parsi, di tempat inilah Hassan-i-Sabbah melatih para pengikut setianya. Marco Polo, seorang penjelajah Eropah menggambarkan istana ini seperti syurga, dengan segala kenikmatan di dalamnya. Dia menceritakan Hassan memberikan ganja untuk memabukkan para pengikutnya. Beberapa tulisan menggambarkan istana ini juga dipenuhi wanita cantik yang menggoda.
Sepak terajang Hashasin selama ratusan tahun akhirnya berakhir. Serangan bangsa Mongol tahun 1257 ke Alamut menghancurkan benteng ini sekaligus menghancurkan sebahagian besar catatan tentang Hashasin. Selanjutnya, Kesultanan Ottoman menghancurkan sisa-sia kekuatan Hashasin. Maka dengan itu, berakhirlah kisah kelompok elit ini.
Tapi namanya diabadikan. Kata Assassin dalam bahasa Inggeris yang bererti pembunuh diambil daripada nama kelompok ini, Hashasin. Sebagai memperingati kehebatan kelompok ini dalam melumpuhkan lawan-lawan mereka.
Hashyashyin (Assassins) “guru” bagi Knights Templar
Kononnya Hashyashyin ini merupakan “guru” dari Knights Templar yang dibentuk oleh Ordo Sion di tahun 1118 Masehi. Keduanya — Hashyashyin mahupun Templar memiliki banyak persamaan. Bermula dari struktur organisasi, membangkang terhadap agama (bid’ah) dan dianggap agnostik (tidak yakin agama apa pun kecuali pemimpinnya), kepandaiannya dalam berperang, membunuh, serta menyerlah dalam pengunaan racun, serta adanya upacara-upacara khusus yang penuh dengan warna mistik dan unsur-unsur pagan.
Malah banyak penulis sejarawan moden menganggap mazhab Syiah Qaramithah adalah asal generasi gerakan Assassins — sebagai kelompok Bolsyewisme Islam atau cenderung komunisti. Pengasas mazhab ini bernama Hamdan al-Qarmath orang Iraq yang gemar pada ilmu-ilmu astrologi dan kebatinan, mirip dengan pengikut Kabbalah (Hitti, History of the Arabs: From the Earliest Times to the Present, 2002). Sedangkan Templar sendiri sesungguhnya pengikut Kabbalah, walaupun mereka mengaku sebagai pemeluk Kristian pada awalnya.
Assassin Bertugas Menciptakan Perpecahan Di Kalangan Islam
Hillenbrand mengajukan pertanyaan: “Momentum ini bagi pasukan Salib sungguh menguntungkan. Apakah saat itu pasukan Salib telah diberitahu bahawa saat itu merupakan momentum yang sangat bagus untuk menyerang Jerusalem?”
Jika di sebalik pertanyaan Hillenbrand “Adakah kekacauan di Dunia Islam ini telah diatur?" Assassins bertugas menimbulkan perpecahan di kalangan Islam dengan melakukan serangkaian pembunuhan di berbagai dinasti Islam yang kuat dan di lain sisi Ordo Yohanit (Peter The Hermit dan Godfroi de Bouillon sebagai dua tokohnya) dan pada masa yang sama menyusup masuk ke Vatikan dan memprovokasi Pope agar menyemarakkan Perang Salib untuk merebut Jerusalem.
Sejarah turut mencatatkan bahawa hanya setahun sebelum pasukan Salib tiba di depan gerbang Jerusalem, kota suci itu telah jatuh ke tangan Dinasti Fathimiyah. Adakah ini merupakan konspirasi antara Assassins dengan Ordo Yohanit di mana keduanya memang diketahui cenderung kepada ilmu-ilmu ramalan, astrologi , sihir, dan sebagainya yang menjurus pada ajaran Kabbalah?
Dengan kata lain, adakah semua kejadian besar itu merupakan hasil konspirasi yang dilakukan Ordo Kabbalah dengan pembahagian kerja: Assassins bekerja di Dunia Islam, sedangkan Yohanit (Ordo Sion dan kemudian Templar) bekerja di Dunia Kristian?
Bukan rahsia lagi apabila Assassins dan Templar di kemudian hari benar-benar melakukan kerjasama. Templar sering menyuruh Assassins untuk membunuh musuh-musuh politiknya. Salah satu korban dari Assassins adalah Richard The Lion Heart. Salahuddin al-Ayyubi sendiri pernah menerima ancaman dari Assassins.
Shalahuddin al-Ayyubi dan Assassins
Selain Tentara Salib dengan Ksatria Templar dan Hospitaller-nya, pasukan Shalahuddin Al-Ayyubi juga harus menghadapi kelompok Assassins. Shalahuddin tidak boleh melupakan bagaimana Assassins pernah mengancam dirinya dengan meletakkan kek beracun di atas dadanya ketika dia sedang tidur. Sebab itu, setelah membebaskan Jerusalem dengan mengalahkan Tentara Salib pada tahun 1187, Shalahuddin tidak berhenti. Panglima pasukan Islam itu terus menyusuri ke utara, membebaskan daerah-daerah lainnya hingga mengejar kaum Assassins ke Benteng Alamut.
Pos serangan yang dilakukan oleh pasukan Shalahuddin, kemudian pasukannya Mongol, kelompok Assassins menyebar ke berbagai wilayah, utamanya Lebanon, Persia, dan Suriah. Bertahun-tahun kemudian, kelompok ini tidak lagi terdengar dan istilah “Asassins” telah mengalami perubahan makna menjadi “Pembunuh Bayaran”. Dalam budaya pop, istilah ini diangkat ke dalam novel-novel dan layar perak.
Dalam kancah konflik di dunia Arab, anak keturunan kelompok ini dikenal sebagai kaum Druze, suatu kelompok pro-komunis di Lebanon dan Syria. Namun beberapa kelompok kecil masih bertahan hingga kini di sekitar wilayah tersebut.